Di tengah arus globalisasi yang semakin
kuat, orang-orang pemberani rela berkorban demi adat dan kebudayaan bangsa.
Itulah yang dilakukan oleh Abdul warga Cigondewah kota Bandung. Ditemani oleh
ke dua orang temannya, Ari Kumis, warga Sukapada dan Bejo, warga Ciwastra,
mereka bertiga bertarung melawan arus globalisasi dengan berjualan pakaian
tradi-sional Sunda.
Pekerjaan yang dilakukan oleh Abdul dan
teman-temannya ini sudah dilakukan jauh sebelum adanya program rebo nyunda oleh Walikota Bandung. Sejak
tahun 1998, mereka sudah berjualan pakaian tradisional Sunda. Mereka berjualan
di sekitar Jl. Diponegoro Bandung. Mereka me-ngaku melakukan pekerjaan tersebut
demi mencari penghasilan. “Daripada tidak ada pekerjaan”.
Satu set baju pangsi, iket, kujang, dan
tas tradisional adalah barang dagangan
Abdul dan kedua temannya. Harganya relatif murah, untuk satu set baju pangsi
dan iket harganya Rp 150.000, tas Rp 70.000, dan kujang Rp. 10.000. Iket adalah
barang yang paling sering dicari oleh para pembeli karena cara pemakaiannya
yang praktis. “Kadang dipakai sal atau dipakai seperti biasa”. Selain itu, harganya pun sangat murah. Hanya
dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp 15.000-Rp 20.000 saja barang tersebut
sudah bisa didapat.
Abdul mengatakan bahwa pelanggan yang
sering membeli barang dagangannya adalah masyarakat Sunda. “Umumnya masyarakat
biasa atau masyarakat Jawa Barat”. Kebanyakan dari pembelinya adalah para PNS
yang ada di sekitar JL. Diponegoro.
Dari hasil penjualan pakaian tradisional
tersebut, biasanya Abdul dan kedua temannya mendapatkan keuntungan sebesar Rp
70.000 sampai Rp 100.000, bahkan bisa mencapai Rp 300.000 per harinya. Hasil
tersebut ia bagi bersama kedua orang temannya. Uang yang ia bawa untuk
keluarganya memang tidak banyak. Namun seperti yang ia katakan, “Daripada tidak
ada pekerjaan”.
Dalam menjalankan usahanya, Abdul mengaku
banyak sekali kendala yang sering dialami. “Kadang tidak laku, kadang komplen”.
Kedua kendala tersebut sering diakibatkan oleh barang yang cacat atau
jahitannya yang jelek. Ia pun mengatakan jika ada pembeli yang komplen, maka
barang yang sudah dibeli bisa ditukar dengan barang yang lebih bagus.
Sebagai orang Sunda asli, Abdul mempunyai
harapan yang sangat besar akan budaya nenek moyang yang sangat ia ciintai itu.
Ia berharap agar pakaian tradisional Sunda bisa berkembang. “Jangan punah,
harus dilestarikan”. Ia pun berharap budaya-budaya Sunda yang lain pun jangan
sampai hilang dari Jawa Barat. “Dengan adanya Pak Ridwan Kamil itu bagus karena
melestarikan budaya Sunda. Jadi jangan punah”.